normantis.com
Kumpulan Puisi Terbaik, Terindah, Paling Romantis, Nyeleneh, dan Lucu 2016.
Wahyu Arsyad: Ia menangis, juga merindukan hari penyesalannya. Hari ia lepas keperawan...
[...]
Yanwi Mudrikah: Cukup! Tak usah kau bicara soal kalender.
[...]
Yanwi Mudrikah: Ketika menikah itu (bukan) takdir, kenapa harus khawatir?
[...]
Wahyu Arsyad: Pada ke-Good Boy-an ku, aku mencoba menjadi Bad Boy.
[...]
Wiji Thukul: Tapi satu mana lengkap tanpa yang pecah. Maka aku pun rela jadi sepersekian dari keutuhanmu.
[...]
Sujiwo Tejo: Sebelum hujan, sedia payung. Sebelum masyarakat main hakin sendiri, mari main hakim bersama.
[...]
Sujiwo Tejo: Saya sendiri juga setuju bahwa di depan hukum, mau korban lumpur, mau presiden, mau monyet, mau nonmonyet, semua podo wae…
[...]
Cak Nun: Sunyi dan rasa takut akan mempertemukanmu lebih cepat dengan Allah!
[...]
S. Takdir Alisjahbana: Sebab dalam sastera saya dalam keadaan seorang pencipta yang bebas menumbuhkan perasaan, pikiran, dan fantasi dan menyusun sekaliannya dengan kebebasan menjadi sesuatu yang menjelmakan keperibadian saya.
[...]
Norman Adi Satria: Miris, teramat miris. Minuman keras yang Kartini harapkan takkan menjangkiti kaum Bumiputra justru diduga sebagai penyebab kematiannya. Kartini tewas 4 hari pasca melahirkan putra tunggalnya, Soesalit Djojoadiningrat. Di hari keempat pasca melahirkan itulah, Kartini diajak minum anggur oleh dokter yang membantu persalinannya, Dr. van Ravesten, sebagai tanda perpisahan.
[...]
Wiji Thukul: Bulan malam menggigit batinku. Mulutnya lembut seperti pendeta tua mengulurkan lontaran nasibmu.
[...]
Wiji Thukul: Beri-berilah aku ketajaman untuk membutakan mataku.
[...]
W.S. Rendra: Engkau harus mengawini aku, meskipun tanpa cinta. Engkau tidak boleh lari. Buah yang kukandung ini kita berdua yang menanamnya.
[...]
W.S. Rendra: Zaman sekarang orang tak menghargai kejantanan lagi. Orang hanya menghargai kelicikan.
[...]
La Ode Muhammad Jannatun: Sebelum lupamu benar-benar berlalu. Sebelum akhirnya namaku menjadi abu.
[...]
Cak Nun: Marilah kita bercinta pada tempatnya. Kaumencinta itu dan bersedia menerima apa yang mampu kuberikan, sementara aku pun mencintai penderitaanmu.
[...]
W.S. Rendra: Pastor berkata itu dosa. Edi cinta Retno. Pastor tahu itu dan berkata Edi dosa.
[...]
Nuriman N. Bayan: Kau adalah puisi, yang tak sempat kutulis dari sekian imaji yang tumpah dalam sajak.
[...]
Sapardi Djoko Damono: Malam ini Puteri Salju, kemarin Bawang Putih, besok Sinderela, ya Bu. Biar Pangeran datang menjemputku.
[...]
Sapardi Djoko Damono: Ada yang sedang menyanyikan beberapa ayat kitab suci yang sudah sangat dikenalnya tapi ia seperti takut mengikutinya.
[...]
Sapardi Djoko Damono: Apakah ada cahaya yang tanpa bayang-bayang?
[...]
Indra Lesmana: Meskipun terluka berpuluh kali aku akan tetap seperti ini padamu. Namun jangan sampai otakmu punah dibuatnya.
[...]
Kiaara: Selamat malam, bulanku, muara sajak tertimbunku. Detik ini, percayamu berjeda. Pun percayaku jadi angkara.
[...]
Sujiwo Tejo: Tabahlah seperti perempuan, saban hari memandikan anak, tapi tak pernah mereka menuntut adanya mesin cuci anak.
[...]
Chairil Anwar: Pada daun gugur tanya sendiri, dan sama lagu melembut jadi melodi!
[...]
Wiji Thukul: Karena sekarang aku buron diburu penguasa karena aku beroganisasi.
[...]
Wiji Thukul: Aku bukan artis pembuat berita, tapi aku memang selalu kabar buruk buat penguasa. Puisiku bukan puisi tapi kata-kata gelap yang berkeringat dan berdesakan mencari jalan.
[...]
Wiji Thukul: Momok hiyong, momok hiyong, berapa ember lagi darah yang ingin kauminum?
[...]
Wiji Thukul: Di udara penguasa seperti Raja Telanjang, tua tambun dan menggelikan.
[...]
Wahyu Pamungkas: Merk kadang tak sesuai dengan isinya gaess. Seperti kingkong dengan obat nyamuknya. Beruang dengan susu sapinya.
[...]
Wiji Thukul: Apakah aku ini si bagero yang sudah merdeka? Ataukah tetap jugun ianfu yang tak henti-henti diperkosa?
[...]
Wiji Thukul: Menjadi diri sendiri adalah tindakan subversi di negeri ini. Maka selalu siaga polisi, tentara, hukum dan penjara bagi siapa saja yang menolak menjadi orang lain.
[...]
Wahyu Arsyad: Darinya... Sudah banyak yang menetas. Mulai dari orang bangsat, orang biasa, orang kaya, orang rindu, orang cinta. Penyair...
[...]
Anja Oktovano: Aku menyangkal teori bumi datar. Benarkan bumi bulat pun aku tak rela, Imagiku menyatakan bumi segitiga sama kaki.
[...]
Sutan Takdir Alisjahbana: Ya Allah, ya Rabbi, hancurkan, remukkan sesuka hati.
[...]
Joko Pinurbo: Buat orang semelankolia saya, membaca puisi sering lebih mujarab dari minum obat dan saya berusaha tidak telat minum puisi sebab akibatnya bisa gawat.
[...]
Norman Adi Satria: Di zaman Herodes hadirat Tuhan mewujud anak seorang dara. Banyak yang menghujat: masa Tuhan manusia, anak haram pula?
[...]
Norman Adi Satria: Mantanku seekor kupu-kupu. Kupacari ia saat masih ulat bulu.
[...]
Norman Adi Satria: Pak Polisi, saya mau melaporkan dia karena telah melakukan perbuatan tidak menyenangkan yaitu melaporkan saya atas tuduhan perbuatan tidak menyenangkan.
[...]
Norman Adi Satria: Kukira kitalah yang dikoyak-koyak sepi tapi tak mampus-mampus sampai detik ini.
[...]
Sapardi Djoko Damono: Ia tak pernah berjanji kepada pohon untuk menerjemahkan burung menjadi api.
[...]
Sapardi Djoko Damono: Di dalam rumah: tangis seorang gadis kecil, lalu suara menghibur seorang ibu menyelundupkan ajal ke negeri dongeng.
[...]
Sapardi Djoko Damono: "Kenapa aku berada di sini?" tanya kerikil yang goblok itu. Kini ia terjepit di sela-sela kembang ban
dan malah bertanya kenapa.
[...]
Sapardi Djoko Damono: Layang-layang barulah layang-layang jika ada angin memainkannya. Ia barulah layang-layang jika melayang, meski tak berhak membayangkan wajah angin.
[...]
Sapardi Djoko Damono: Kalau aku terbaring sakit seperti ini, suka kubayangkan ada selembar daun tua kena angin dan lepas dari tangkainya.
[...]
Sapardi Djoko Damono: Aneh, koran ternyata bisa juga membuat hubungan antara yang hidup dan yang mati, yang tak saling mengenal.
[...]
Sapardi Djoko Damono: Angin, yang sering terjepit di antara batang bambu, telah jatuh cinta padanya--hanya Tuhan yang tahu kenapa jadi begitu.
[...]
Norman Adi Satria: Sebagian jadi enggan melaut, takut dibilang matre. Sebagian lagi curiga moyang matre kerna ke laut aje.
[...]
Norman Adi Satria: Mantanmu itu memang istimewa ya, aku selalu melihat embun menghiasi pipinya. Pipi yang selalu pagi. Kadang terdengar suara burung bernyanyi.
[...]
Norman Adi Satria: PermotoGPan F1! Perhompimpahan pingsut! Perpoco-pocoan breakdance! Percherrybellean JKT48
[...]