Esai
Kumpulan Esai Terbaik 2016
Sujiwo Tejo: Sebelum hujan, sedia payung. Sebelum masyarakat main hakin sendiri, mari main hakim bersama.
[...]
Sujiwo Tejo: Saya sendiri juga setuju bahwa di depan hukum, mau korban lumpur, mau presiden, mau monyet, mau nonmonyet, semua podo wae…
[...]
S. Takdir Alisjahbana: Sebab dalam sastera saya dalam keadaan seorang pencipta yang bebas menumbuhkan perasaan, pikiran, dan fantasi dan menyusun sekaliannya dengan kebebasan menjadi sesuatu yang menjelmakan keperibadian saya.
[...]
Norman Adi Satria: Miris, teramat miris. Minuman keras yang Kartini harapkan takkan menjangkiti kaum Bumiputra justru diduga sebagai penyebab kematiannya. Kartini tewas 4 hari pasca melahirkan putra tunggalnya, Soesalit Djojoadiningrat. Di hari keempat pasca melahirkan itulah, Kartini diajak minum anggur oleh dokter yang membantu persalinannya, Dr. van Ravesten, sebagai tanda perpisahan.
[...]
Sujiwo Tejo: Tabahlah seperti perempuan, saban hari memandikan anak, tapi tak pernah mereka menuntut adanya mesin cuci anak.
[...]
Ir. Soekarno: Kita tidak menuliskan rencana ini untuk Nasionalis-nasionalis yang tidak mau bersatu. Nasionalis-nasionalis yang demikian itu kita serahkan pada pengadilan riwayat, kita serahkan pada putusannya mahkamah histori!
[...]
Norman Adi Satria: Chairil harus berkompromi dengan "hasrat"-nya. Kalau meminjam istilah Sapardi Djoko Damono, Chairil harus "bilang begini, maksudnya begitu".
[...]
Ajip Rosidi: Karena “bahasa gaul” baru muncul sejak kira-kira 1998, maka dalam kamus-kamus pun tidak tercantum sebagai éntri.
[...]
Sujiwo Tejo: Haruskah senyum itu disubsidi sehingga untuk tersenyum saja orang harus dibayangi oleh uang rakyat dan haram atau halalkah senyum yang seperti itu?
[...]
Sapardi Djoko Damono: Tetapi mengapa Chairil masih saja nampak menonjol di antara kita? Tidak lain karena ia memperhatikan kata. Mengejek mereka yang memperhatikan kata. Mengejek kata.
[...]
Ajip Rosidi: Sebagian dari orang Cina peranakan di Indonésia menganggap kata "Cina" itu mengandung penghinaan. Meréka lebih suka mempergunakan kata "Tionghoa" untuk menyebut nama bangsa dan nama bahasanya, dan "Tiongkok" untuk menyebut nama negaranya.
[...]
Cak Nun: Seberapa pun kadarnya, tapi seorang Kiai itu harus seniman. Sebab kalau tidak, paling jauh ia hanya akan jadi pegawai!
[...]
Emha Ainun Nadjib (Cak Nun): Ingat Pancasila, ingat Idul Adha. Aneh, apakah karena pesta pengorbanan? Apakah karena di bumi Pancasila ini makin sedikit orang yang mau berkorban, makin banyak orang yang mengorbankan orang lain?
[...]
Emha Ainun Nadjib (Cak Nun): Cerita memang sedikit bergeser ketika suatu hari ke desa saya itu datang seorang cowboy dari kota. Seorang mubalig modern. Pioneer yang menjajakan inovasi, pembaruan: Ini Islam Baru! Ini Baru Islam!
[...]
Ajip Rosidi: Bahasa Indonésia sebagai bahasa yang muda, yang berasal dari bahasa Melayu, banyak mengambil ungkapan dan peribahasa dari bahasa Melayu.
[...]
Ajip Rosidi: Mémang kata-kata “hamba”, "saya", “kami” (singular) cocok untuk masyarakat féodal kerajaan. Setelah Indonésia merdéka dan menganut sistim demokrasi, maka kata-kata itu bisa dianggap tidak cocok lagi.
[...]
Ajip Rosidi: Kegagalan H. Rosihan Anwar mencari kata ganti dalam bahasa Indonésia yang sepadan dengan "you" dalam bahasa Inggris, hanya menunjukkan bahwa beliau tidak menyadari bahwa bahasa itu erat pertaliannya dengan budaya masyarakat yang mempergunakannya.
[...]
Sapardi Djoko Damono: Sebagai "binatang jalang"-lah Chairil Anwar merupakan lambang kesenimanan di Indonesia. Mungkin yang paling mirip dengan golongan "binatang jalang" ini adalah orang sakit jiwa.
[...]
Goenawan Mohamad: Puisi bukanlah sebuah pertanyaan, tapi puisi tak ingin menjebak kita dengan jawaban. Seorang penyair akan merasakan gundah ketika orang ramai menuntutnya jadi pemberi fatwa.
[...]
Goenawan Mohamad: Dalam novel Pramoedya, Minke merasa bersalah. Dalam kasus saya, saya bingung: apa artinya saya ”bukan orang Jawa”? Apa itu ”Jawa”?
[...]
Goenawan Mohamad: ADA suatu baru, seorang penulis muda menyatakan pendapatnya: ”Sekarang ini tiba waktunya kita mengarahkan mata kita ke Barat.” Penulis itu adalah S. Takdir Alisjahbana.
[...]
Goenawan Mohamad: PKI dibubarkan, 12 Maret 1966. Hari itu ribuan, mungkin ratusan ribu, manusia menghambur ke jalan-jalan Jakarta. Kemenangan macam apakah yang mereka rayakan?
[...]
Cak Nun: Manusia tidak mampu menguasai keseluruhan dirinya. Kebudayaan tidak mampu menguasai seluruh keberadaannya
[...]
Norman Adi Satria: Dalam Alkitab, Tuhan menghukum seseorang/ sekelompok orang tidak melulu dengan mendatangkan bencana.
[...]
Emha Ainun Nadjib: Apakah desa adalah udara permai daun-daun yang hijau, dan kota adalah tiang-tiang listrik yang kering, kebisingan suara serta kehidupan yang pengap?
[...]
Raja Henry II: ”Aku adalah putra kemarahan: kenapa aku tak boleh mengamuk? Tuhan sendiri mengamuk bila Ia sedang murka.”
[...]
Goenawan Mohamad: Ketakutan pada utang adalah ketakutan yang purba, rasa was-was dari sebuah zaman ”pra-bisnis”
[...]
Goenawan Mohamad: APA yang tak lekang oleh panas, tak lapuk oleh hujan? Jawabnya: birokrasi.
[...]
Cak Nun: Seperti juga perombakan rumah agar bisa dilihat orang. TV dan motor adalah indikator gengsi dan tingkat tinggi martabat sosial mereka.
[...]
Sapardi Djoko Damono: Di beberapa negeri, bahasa asing milik bekas penjajah terpaksa harus dipergunakan sebagai semacam bahasa persatuan sebab di negeri yang bersangkutan tidak pernah ada kesepakatan yang bulat untuk mempergunakan salah satu bahasa yang ada sebagai bahasa persatuan.
[...]
Goenawan Mohamad: rupanya orang mudah menganggap ketidakmudahan itu sebagai sesuatu yang mengandung misteri, dan misteri berarti kegaiban, dan kegaiban berarti kesaktian. Ronggowarsito pun jadi legenda.
[...]
Goenawan Mohamad: Pengeramatan terjadi dengan mudah, ketika kita, seraya memandang kagum sang pahlawan, kehilangan kepekaan terhadap tragedi.
[...]
Sujiwo Tejo: Cinta bukan harga pas, tapi juga tak mengenal kembalian.
[...]
Goenawan Mohamad: Romeo and Juliet jadi sebuah tragedi (yang dikenang terus selama hampir 500 tahun) justru karena Juliet salah berteori; ia tak tahu ada banyak hal yang terdapat dalam sebuah nama.
[...]
Goenawan Mohamad: "Kenapa kalian, para penyair, begitu terpesona kepada orang gila? " ”Kami punya banyak kesamaan.”
[...]
Sujiwo Tejo: Ini bukan tahu makanan. Ini tahu yang dibaca "tau”. Mudah-mudahan dari sini jelas sudah bahwa kita tidak sedang membahas tahu kediri, tahu Sumedang, tahu tektek, maupun tahu campur.
[...]
Sujiwo Tejo: Tahukah engkau benda yang sejatinya paling membosankan bagi perempuan? Yaitu laki- laki yang terlaaaaaaaaalu setia ..
[...]
Sujiwo Tejo: Believe it or not, di negeri #Jancukers nyaris tak pernah ada bentrok antarsuporter bola karena di stadion, sebelum berlangsungnya laga, puluhan ribu penonton bola sudah dihidangi prasmanan bermutu...
[...]
Goenawan Mohamad: Seandainya Chairil Anwar hidup hari ini, mungkin lebih baik ia tak menulis sajak. Indonesia saat ini tak sama dengan Indonesia di awal 40-an.
[...]
Goenawan Mohamad: Shakespeare pada akhirnya membuat Macbeth kalah. Tokoh malang ini, dalam proses, ternyata cuma satu ambisi yang menggelepar-gelepar, meloncat ke sana kemari, tapi tetap dalam tudung takdir yang gelap.
[...]
Goenawan Mohamad: Waktu adalah pedang, dan umur terpotong tanpa terlihat; dalam nasibnya yang tak abadi (ditandai oleh pergantian hari), manusia harus membandingkan diri dengan Yang Abadi.
[...]
Sujiwo Tejo: Mereka boleh tidak hafal siapa saja terdakwa koruptor yang telah dibebaskan oleh pengadilan, tapi kalau "Pelangi-Pelangi" ...Wah mereka sepresiden-presidennya dijamin hafal.
[...]
Sujiwo Tejo: Buat yang malam ini punya ide untuk bunuh diri, pesanku: tunda dulu. Siapa tahu esok masih ada mbok jamu yang tersenyum.
[...]
Sujiwo Tejo: Di negeri #Jancukers buruh tidak sempat demo. Mereka sibuk pacaran di pabrik-pabrik.
[...]
Sujiwo Tejo: They dress up and make up, adorned with lipstick and gowns. In truth, in essence we are all naked.
[...]
Sujiwo Tejo: Di negeri #Jancukers Upah Minimum Regional alias UMR ditentukan oleh naik turunnya harga mawar.
[...]
Sujiwo Tejo: Di negeri #Jancukers di mana ada gula di situ belum tentu ada semut.
[...]
Sujiwo Tejo: Di negeri #Jancukers toilet tidak semahal yang di Gedung DPR kita. Meski murah, di ruang itu etika sangat terjaga.
[...]
Sujiwo Tejo: Salah satu ciri perempuan kemayu gerak badannya itu lho...gerak badannya... Seluruh gerakan itu sekecil apa pun berlintasan kurva nonlinear.
[...]
Sujiwo Tejo: Di negeri #Jancukers mobil kepresidenan mengalah terhadap mobil yang mengangkut perempuan mau melahirkan. Siapa pun perempuan itu, pakai tas Hermes maupun tas kresek.
[...]