Normantis Update

Manusia Setengah Salmon – Raditya Dika

Karya: Raditya Dika

Manusia Setengah Salmon - Raditya Dika

MANUSIA SETENGAH SALMON
Karya: Raditya Dika

GUE baru saja hendak menghabiskan piring kedua ketika Pito, teman gue, datang sambil menggendong bayi. Hal pertama yang terlintas di kepala gue adalah: anak siapa yang dia culik? Lalu, gue segera sadar, bayi super-unyu ini adalah anaknya sendiri.

Mata bayi itu bulat besar, tampak tidak proporsional dengan wajah mungilnya. Dia celingak-celinguk keheranan ngeliat gue. Keimutan luar biasa yang dipancarkan oleh bayi ini memaksa gue untuk memegang tangannya, lalu mencubit-cubit dengan gemas. Dengan satu kali cegukan, di ujung mulutnya langsung keluar banyak iler.

‘Pit, anak lo lucu banget, tapi suka ileran. Kayak bapaknya,’ komentar gue.

Si Pito cuma cengengesan. Ada iler sedikit di pinggir bibirnya. Benar, mirip bapaknya.

Pito menggendong anaknya di bagian depan badannya. Si bayi, entah sengaja entah tidak, memeperkan ilernya ke baju batik yang dipakai Pito. Menyadari hal itu, Pito kembali cengengesan. Enak juga jadi bayi, bisa nempelin iler ke orang lain tanpa harus dimarahin. Coba kalau gue yang tiba-tiba nempelin iler gue ke Pito, pasti dia ngomel-omel.

Gue menunjuk ke arah tas cewek yang Pito selempangkan di bahu kanannya, lalu bertanya, ‘Ini lo lagi mo fashion show di mana?’

‘Sialan lo, ini punya istri gue, ‘jawabnya. ‘Dia lagi mau nyari makanan. Tadi, dia lihat ada kambing guling’

Gue menengok ke arah pelaminan. ‘Udah salaman sama Mister?’

‘Udah, barusan aja,’ kata Pito.

Malam itu, kami lagi ada di pernikahannya Mister, temen SMA kami. Gue kenal Pito dan Mister dari gue pertama kali masuk ke SMA 70, sampai ke detik ini.

Resepsi pernikahannya sendiri berupa semi-pesta kebun di daerah Kemang, dan tamu yang datang makin lama makin banyak. Tidak butuh Waktu lama, sampai teman-teman SMA yang lain berdatangan menghampiri gue dan Pito. Gue menyalami dan mengajak ngobrol beberapa dari mereka.

Beberapa dari mereka masih seperti yang dulu.

Namun, beberapa dari mereka telah menjadi orang yang asing.

Ratih, salah seorang teman merangkap mantan pacar sewaktu SMA, juga datang sambil membawa bayi. Dia mendatangi Pito. Sama seperti gue, dia mencubit-cubit anak Pito, lalu bertanya, ‘Pit, anak lo kok bagus? Beda sama bapaknya’

Pito kembali cuma bisa cengengesan.

Memang menjadi misteri bagaimana seseorang menyerupai celengan bagong seperti Pito bisa memproduksi anak yang sangat lucu.

Gue melihat Pito yang cengengesan dengan anak di gendongannya. Gue menghela napas. Waktu kadang bisa sangat kejam. Tanpa sadar, semua hal sudah berubah.

Gue jadi ingat 2008, saat gue menulis buku Babi Ngesot. Di dalamnya, ada cerita tentang gue pertama kali masuk SMA 70, temanan sama Pito. Mister sendiri gue ceritain pada 2006, di dalam buku Cinta Brontosaurus, tentang film pendek yang sempat gue bikin untuk tugas Bahasa Indonesia di SMA.

Si Ratih sendiri adalah mantan pacar gue, yang dulu gue sempet ceritakan di Kambingmntan. Lihat mereka semua sekarang. Baik Pito dan Ratih sudah punya anak, sementara Mister baru saja menikah. Gue masih membawa satu piring berisi lontong dan satai, ditemani oleh pacar gue.

BERANI NONTON VIDEO NORMANTIS? KLIK AJA!

KARYA TERBARU

Masukkan alamat Emailmu.

Bergabung dengan 1.782 pelanggan lain

Komentar