LDR
Puisi Paling Menyedihkan Tentang Hubungan Cinta Jarak Jauh atau Long Distance Relationship (LDR) 2016.
Wiji Thukul: Seribu lenganku, seribu kakiku, menjauhkanku padamu.
[...]
Wahyu Arsyad: Semenjak kita berbagi racun ribuan tahun yang lalu hatiku telah mati!
[...]
Norman Adi Satria: Ke sebuah hati rinduku akan pulang. Rindu yang makin gendut kebanyakan makan jarak dan perpisahan.
[...]
Norman Adi Satria: Dalam alam khayal, kamu sempurna. Pada kenyataannya, kamu adalah kesempurnaan yang lain.
[...]
Chairil Anwar: Bahwa pelarian akan terus tinggal terpencil, juga di negeri jauh itu surya tidak kembali?
[...]
Sitor Situmorang: Kerling danau di pagi hari, lonceng gereja bukit Itali. Jika musimmu tiba nanti, jemputlah abang di teluk Napoli.
[...]
Chairil Anwar: Kupilih kau dari yang banyak, tapi sebentar kita sudah dalam sepi lagi terjaring.
[...]
Chairil Anwar: Manisku jauh di pulau, kalau 'ku mati, dia mati iseng sendiri.
[...]
WS Rendra: Maut dan ribamu di ujung jalan itu. Digenangi air adalah racun duka adalah wajahmu.
[...]
WS Rendra: Ia duduk di atas luka berbelai dengan hawa ia berkata: Saya sudah tua, dan disuruh saya: Duduk sajak di sana! Dan menanti!
[...]
WS Rendra: Membayangkan wajahmu adalah siksa. Engkau telah menjadi racun bagi darahku.
[...]
Sapardi Djoko Damono: Dan serbuk-serbuk hujan tiba dari arah mana saja (cadar bagi rahim yang terbuka, udara yang jenuh) ketika mereka berjumpa. Di ranjang ini.
[...]
Norman Adi Satria: Kau adalah pulang yang terjebak pada sebuah alamat.
[...]
Norman Adi Satria: Aku mendengar kabarmu dengan teramat samar: “ba....” tanpa “....ik.”
[...]
Norman Adi Satria: Namamu adalah sebuah alamat dimana aku harus memulangkan cinta ke kampung halamannya.
[...]
Norman Adi Satria: Sesungguhnya yang menjadi problema bukanlah Long Distance namun Long Time No See
[...]
(Norman Adi Satria) : Kilometer memang takkan
mampu mengukur jarak kenangan
[...]
Norman Adi Satria: Jangan pernah bunuh rindu! Karena sanak family bisa membalaskan dendam padamu!
[...]
(Norman Adi Satria) : jabat tangan kita dan pelukan kecup mesra justru menjadi biang keladi tumbuhnya kerinduan-kerinduan baru
[...]
(Norman Adi Satria) : Sepi bukanlah sebuah perjalanan yang semakin jauh aku melangkah, kian mempersingkat jarak denganmu.
[...]