Normantis Update

Esai Ajip Rosidi: Bahasa Gaul

Esai Ajip Rosidi

BAHASA GAUL
Oleh: Ajip Rosidi

ISTILAH “bahasa gaul” baru muncul beberapa tahun terakhir, saya kira baru sesudah reformasi (1998), digunakan untuk menyebut bahasa yang dipergunakan oléh anak-anak muda seperti yang biasa kita dengar dalam sinétron-sinétron atau dalam percakapan antar-anak muda, atau ketika mereka diwawancara.

Dalam “bahasa gaul” kita perhatikan banyak sekali pengaruh bahasa Jakarta. Kata ganti orang pertama dan kedua menggunakan bahasa Cina yang sudah menjadi bahasa Jakarta yaitu “gua” (“gué”) dan “lu” (“elo”). Meskipun tidak banyak yang menggunakan bunyi “a” dengan “é” pada akhir kata seperti orang Betawi, namun perbendaharaan kata Jakarta banyak sekali digunakan, begitu juga pembentukan kata jadian sering mengikuti bahasa Jakarta, misalnya menggunakan akhiran “in” untuk akhiran “kan” dalam bahasa Indonésia baku. Kata “mencuri” jadi “nyuri” atau “maling”, kata “bersembunyi” jadi “ngumpet”, kata “mendekati” jadi “nyamperin”, kata “memikirkan” menjadi “mikirin”, kata “saja” jadi “aja”, dan semacamnya.

Karena “bahasa gaul” baru muncul sejak kira-kira 1998, maka dalam kamus-kamus pun tidak tercantum sebagai éntri. Dalam Kamus Umum Bahasa Indonésia (KUBI) susunan Badudu-Zain yang pertama kali terbit tahun 1994, éntri “bahasa gaul” tidak ada. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonésia (KBBI) éntri “bahasa gaul” baru tercantum dalam édisi keempat (2008). Dalam édisi sebelumnya tidak ada.

Menurut KBBI édisi keempat itu, “bahasa gaul” artinya “dialék bahasa Indonésia nonformal yg digunakan oléh komunitas tertentu atau di daérah tertentu untuk pergaulan”. Sedangkan “pergaulan” menurut KBBI itu juga, artinya “n 1 perihal bergaul; 2 kehidupan bermasyarakat-mempengaruhi kepribadian”. Artinya kalau keterangan tentang “bahasa gau ” itu disesuaikan dengan keterangan tentang arti “pergaulan”, akan berbunyi “dialék bahasa Indonésia nonformal yg digunakan oléh komunitas tertentu atau di daérah tertentu untuk perihal bergaul; atau untuk kehidupan bermasyarakat.” Mudah-mudahan artinya jelas bagi pembaca yang terbiasa dengan keterangan dalam KBBI. Buat saya sendiri membingungkan, karena agaknya penyusun KBBI lupa bahwa bahasa itu-“bahasa gaul” atau bukan-digunakan untuk kehidupan bermasyarakat.

BERANI NONTON VIDEO NORMANTIS? KLIK AJA!

KARYA TERBARU

Masukkan alamat Emailmu.

Bergabung dengan 1.782 pelanggan lain

Komentar