Puisi Nyeleneh
Kumpulan Puisi Paling Aneh, Nyeleneh, Kocak, Lucu, Nyebelin, dan Tidak Masuk Akal Terbaru 2016.
Norman Adi Satria: Mantanku seekor kupu-kupu. Kupacari ia saat masih ulat bulu.
[...]
Norman Adi Satria: Aku masih merah putih, belum jua menyerah memperjuangkanmu, wahai jodoh masa depan!
[...]
Norman Adi Satria: Jangankan anak-anak, kulkas, tv, mesin cuci, setrika, bpkb motor, handphone china, dan cincin kawin pun kami sekolahkan, setinggi-tingginya.
[...]
Sapardi Djoko Damono: Kau ternyata bukan perawan lagi lalu Siapa gerangan yang telah lebih dahulu menidurimu?
[...]
Norman Adi Satria: Tahu bahwa manusia bakal rakus maka Tuhan menciptakan giginya begini: delapan gigi depannya gigi kelinci, di sampingnya empat taring macan, di bagian belakang berderet gigi sapi.
[...]
Norman Adi Satria: Ia mungkin masih memiliki pantai yang sama, tapi ombak selalu berganti, entah dimana kini ombak yang dulu menyapu dua pasang jejak sejoli.
[...]
Norman Adi Satria: Salam buat pacar barumu. Jangan kasih tahu pacarnya ada di puisiku.
[...]
Norman Adi Satria: Begitulah, setiap suami akan merindukan tangisan istrinya kerna tiap kali berairmata ia akan minta dimanja-manja. Tapi jika ia cemberut, serasalah diri menjadi duda.
[...]
Norman Adi Satria: Bukankah memang begitu adanya. Hanya sampo bocah yang tak pedih di mata.
[...]
Norman Adi Satria: Nostalgia memang tak butuh pemuktahiran kerna bisa membuatnya batal menjadi klasik.
[...]
Norman Adi Satria: Haus akan cinta takkan bisa diredakan dengan aqua, teh sisri, jas-jus, ale-ale, fanta, coca cola, sprite, apalagi mijon.
[...]
Joko Pinurbo: Bahkan celana memilih nasibnya sendiri: ia pergi ke pasar loak justru ketika aku sedang giat belajar bugil dan mandi.
[...]
Norman Adi Satria: Tahu Dian Sastro? Agnes Monica? Istriku ini sebelas dua belas dengan mereka! Kenapa malah jadi Broery Marantika?
[...]
Joko Pinurbo: "Hai, bajingan kita pulang!" seru boneka singa yang tetap perkasa dan menggigil saja ia saat kubelai-belai rambutnya.
[...]
Joko Pinurbo: Aku tak tahu apakah itu yang namanya cinta monyet. Sedikit cintanya, lebih banyak nyometnya, dan akhirnya hanya tinggal nyemotnya.
[...]
Joko Pinurbo: Kini aku harus menidurimu. Tubuhmu pelan-pelan terbuka dan merebakkan bau masam dari ketiakmu. Aku gugup.
[...]
Joko Pinurbo: Musuh utama lupa ialah kapan. Teman terbaik lupa ialah kapan-kapan.
[...]
Joko Pinurbo: Masa kecil seperti penjaga malam yang setia. Ia yang membuka dan menutup pintu setiap kau masuk dan keluar kamar mandi.
[...]
Norman Adi Satria: Puisi saya adalah kentut yang tertahan lalu meledak di dalam sunyi di sebuah panggung kosong.
[...]
Norman Adi Satria: Dia buka satu per satu kancing bajunya. Dia buka resleting celana saya. "Wah, relevan nih, relevan." ucap saya.
[...]
Joko Pinurbo: Dua ekor celana, dua ekor sepi, menggigil riang di atas kursi.
[...]
Norman Adi Satria: Bentuk bola hanya meniru matamu.
[...]
Norman Adi Satria: Lelaki itu teramat takut dicium kekasihnya, seorang perempuan yang terlalu baik, yang setiap kali marah justru mencium. "Please, jangan cium aku, sayang..."
[...]
Norman Adi Satria: Malam itu akhirnya berani juga aku menelanjangi kata. Napsuku tak lagi bisa dibendung kala melihat betapa seksinya makna.
[...]
Norman Adi Satria: Untunglah, saat aku tidur dengannya, aku memimpikanmu.
[...]
Norman Adi Satria: Pokoknya Cerai: Cepat Traktir Aku Siomay! - Alabota: Aku Lagi Bokek Tau..!
[...]
Norman Adi Satria: Kamu siksa aku dua kali lipat, tahu: harus jadi jomblo di malam Minggu! Kenapa kamu tidak selingkuh kemarin Rabu?
[...]
Norman Adi Satria: Mas, sebenarnya aroma kematian itu apa? Aku menjawabnya dengan cekikikan: itu sebenarnya bau bangkai tikus di dekat selokan.
[...]
Norman Adi Satria: Semua kucing pergi berlalu. Termasuk kekasihnya, dengan seucap kata menyayat kalbu: kau kini tak semeong dulu!
[...]
Norman Adi Satria: Saat iseng-iseng berkaca saya kagum terpana: wooowww, pantat saya bening putih merona!
[...]
Norman Adi Satria: Burung camartua hinggap di jendela, tiap tanggal tua makannya indomie aja.
[...]
Norman Adi Satria: Aku ingin mengupasmu bagai kue lapis menemukan yang terdasar meski kau mirip teletubies. Berpelukan, usai itu habis.
[...]
Norman Adi Satria: "Ketiak nenekmu selalu basah karena berjuang mendapatkan cinta Kakek..." ucapnya sambil tertawa, hingga nampak jelas giginya tinggal dua.
[...]
Norman Adi Satria: Semakin tua, kita akan semakin bau tanah. Bila boleh aku memilih, aku ingin berbau tanah sehabis hujan.
[...]
Joko Pinurbo: Jadwal bayar utang, maksudnya? Sabarlah, saya sedang banyak keperluan. Toilet baru akan saya lapisi emas, istri belum sempat saya tambah lagi.
[...]
Joko Pinurbo: "Pilih cinta atau nyawa?" ia mengancam. "Beri saya kesempatan mandi dulu. Setelah itu perkosalah saya."
[...]
Norman Adi Satria: Apa padanan kata puitis dan sastrawi dari "bodo amat lah...!"
[...]
Norman Adi Satria:Sudah kubilang, ada lagu yang kalau bisa jangan sampai terdengar di telingaku. Bila sampai terdengar, aku ingin lagu kita itu mengalun seindah yang kita nyanyikan dulu.
[...]
Norman Adi Satria: Hei nona, bila aku jadi bayi Yesus, maukah kau yang jadi Maria?
[...]
Norman Adi Satria: Dengan tangan mana lagi aku harus mengelus dada? Tanganku sudah penuh dadamu.
[...]
Norman Adi Satria: Rock, Jazz, Klasik, Metal, Pop, Rap, Blues, kata siapa tak pakai gendang?
[...]
Joko Pinurbo: Ia ngacir tanpa celana dan berkelana mencari kubur ibunya hanya untuk menanyakan, "Ibu, kausimpan di mana celana lucu yang kupakai waktu bayi dulu?"
[...]
Joko Pinurbo: Konon, setelah berlayar mengelilingi bumi, Colombus pun akhirnya menemukan sebuah benua baru di dalam celana dan Stephen Hawking khusyuk bertapa di sana.
[...]
Joko Pinurbo: Tapi perempuan itu lebih tertarik pada yang bertengger di dalam celana. Ia sewot juga: "Buka dan buang celanamu!"
[...]
Joko Pinurbo: Beginilah jika ada yang lancang mengusik jagat mimpiku yang tenteram. Hanya aku penguasa di wilayah ranjang.
[...]
Joko Pinurbo: Kauraba-raba peta tubuhmu dan kaudengar suara: Mengapa tak juga kautemukan Aku?
[...]
Joko Pinurbo: O ternyata ia sedang bertelur. Dan ia rajin ke toilet malam-malam untuk mengerami telur-telurnya.
[...]
WS Rendra: Seorang perempuan gemuk mencium mulutnya yang bagus. Seorang perempuan tua menjilati dadanya yang bersih. Lalu tubuhnya dicincang.
[...]
Joko Pinurbo: Mata mengincar mata, merangkum ruang. Mata: kristal waktu yang tembus pandang. Mau bilang jauh di mata, eh keliru dekat di hati.
[...]
Joko Pinurbo: Kini, tanpa celana, aku datang menjemputmu di kamar mandi yang bertahun-tahun mengasuhmu. Kupeluk tubuhmu yang penuh goresan waktu.
[...]