Gus Mus
Kumpulan Puisi Terbaik KH. Mustofa Bisri (Gus Mus)
Gus Mus: Kaulah, ibu, mentari dan rembulan yang mengawal perjalananku mencari jejak surga di telapak kakimu.
[...]
Gus Mus: Dulu Arek-arek Surabaya tak ingin menyetrika Amerika, melinggis Inggris, menggada Belanda, murka pada Gurka. Mereka hanya tak suka kezaliman yang angkuh merejalela
[...]
Gus Mus: Di negeri amplop, amplop-amplop mengamplop apa saja dan siapa saja
[...]
Budi Lengket: Membaca cerpen-cerpennya sambil memainkan alat kelamin dan saya puncratkan sperma ke atas layar kaca itu, saat wajah Djenar tampil membawakan sebuah acara (suatu waktu). Saya merasa sedang sakit jiwa. Sementara Djenar tak tahu apa kabarnya di sana.
[...]
Gus Mus : Jangan tanya apa yang terjadi, apalagi apa yang ada dibalik kejadian. Karena disini yang ada memang hanya kotak-kotak teka-teki silang dan daftar pertanyaan-pertanyaan.
[...]
(Gus Mus) : Brentilah menganyam-anyam maya, mengindah-indahkan cinta, membesar-besarkan rindu. Brentilah menyia-nyiakan daya, memburu orgasme dengan tangan kelu.
[...]
(Gus Mus) : Mana ada negeri semakmur negeriku, penganggur-penganggur diberi perumahan gaji dan pensiun setiap bulan. Rakyat-rakyat kecil menyumbang negara tanpa imbalan.
[...]
(Gus Mus) : Kau ini bagaimana. Kau suruh aku berpikir, aku berpikir kau tuduh aku kapir
[...]
(Gus Mus) : Bicaranya penting, diamnya penting, kebijaksanaannya penting, ngawurnya pun penting.
[...]
(Gus Mus) : Seandainya pun aku tidak mencintainya Dan dia tidak mencintaiku pula dia tetap istriku
[...]
(Gus Mus) : Kalau kau sibuk dengan kursimu saja kapan kau sempat memikirkan pantatmu?
[...]
(Gus Mus) : Matanya itu lho. Sekilas saja mereka melihat kening orang, kok langsung bisa melihat rahasianya yang tersembunyi.
[...]